Kolonel CAJ Eko Waluyo Setyantoro Kisahkan Pengalamannya Ditolong Nelayan Misterius Saat Bertugas di Timtim

- Senin, 31 Oktober 2022 | 11:54 WIB
Kolonel CAJ Eko Waluyo Setyantoro, Kasubditbinminperspra  Ditajenad
Kolonel CAJ Eko Waluyo Setyantoro, Kasubditbinminperspra Ditajenad

Bandung, Zonabandung.com,- Menjadi prajurit sejati harus siap menghadapi segala situasi sulit. Bagi prajurit yang bertugas di perbatasan di pulau-pulau terluar yang terlambat mendapat kiriman logistik harus siap didera kelaparan sampai kiriman atau bantuan logistik datang.

Demikian juga saat berlayar menuju medan tugas operasi ke suatu tempat yang jauh.Tanpa ada uang tanpa ada rangsum makanan yang cukup, mengakibatkan  perut keroncongan dilanda rasa lapar yang hebat. Itulah yang dialami Kolonel CAJ Eko Waluyo Setyantoro, Kasubditbinminperspra Ditajenad. Saat bertugas mengantar dan mengawal  para pemuda Timtim pro integrasi, Eko dkk pernah punya punya pengalaman yang tak terlupakan saat  5 hari kelaparan di atas kapal.

Sejak menjadi perwira muda, begitu lulus dari taruna AKMIL tahun 1987 langsung Eko  mendapat tugas ke Timtim (Sekarang Timor Leste) dalam  Operasi Seroja.

Baca Juga: Pos Bloc Medan, Ruang Kreatif Publik dan Pemberdayaan Bisnis Resmi Dibuka

Karena salah persepsi disangka selama berlayar menuju Timtim  akan mendapat rangsum, ternyata berlakunya nanti kalau sudah sampai di tempat tugas.  Walhasil sebagai perwira muda yang masih polos dengan pangkat Letda, Eko dkk makan perbekalan yang dibawa sekedarnya. Mau minta makan  ke pemuda Timtim tidak tega karena makan mereka pun berebut. Jadilah Eko dkk harus menahan lapar.

Teman-temannya ada yang sudah  lemah tak tahan,  wajah pucat tak ada asupan makanan, membuat Eko berpikir keras bagaimana caranya mencari  dan mendapat  makanan. Maka begitu kapal lego jangkar masih di lautan  jauh dari pantai. Eko melempar matanya  ke sekitar dan  berdiri di atas buritan , tapi tak terlihat satu pun perahu nelayan.

Namun entah tertutup badan kapal  entah matanya kurang tajam penglihatan, tiba-tiba Eko melihat perahu nelayan.

Berdalih ingin  mengantar surat dari Pangdam  ke Kodim Kupang  Eko pun mendapat izin dari Komandan kapal , diberi batas waktu 2 jam turun ke daratan.  Bila  lewat 2 jam Eko akan ditinggal kapal. Kalau  benar-benar sampai ditinggal kapal,  hancurlah riwayat tugas pertamanya. Namun demi teman yang didera kelaparan  Eko nekad  melakukannya.

Dengan perasaan kalut dan tak karuan Eko muda naik perahu nelayan. Dan anehnya selama di atas perahu nelayan itu, mulut Eko seakan terkunci rapat, tiap mau bertanya atau berbicara, mulutnya tak mampu bersuara.  Sampai di daratan pun Eko merasa terdampar di negeri asing tak tahu arah.

Namun pertolongan selalu di saat yang tepat. Ada kendaraan umum melintas di depannya, dan ternyata saat ditanya melewati markas Korem.

Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan darat dengan suatu angkutan umum,  sampailah Eko di Korem Kupang menghadap Danrem. Matanya nanar menjelajah ke atas meja yang  banyak tersedia penganan dan minuman. Namun Sang Danrem dengan dingin  tak sekalipun menawarkan atau mempersilahkan minum. Saking sudah tak tahannya menahan lapar dan haus, Eko   pun memberanikan diri minta izin meminum minuman yang ada di meja.  Saat diperbolehkan, saat itu Eko merasakan nikmat yang tiada tara minum air  yang mengalir ke kerongkongannya. Tegukan demi tegukan ia nikmati dengan  perasaan syukur bercampur merasa bersalah  dan sedih mengingat teman-temanya masih didera lapar dan haus di kapal.

"Bismillah alhamdulillah maaf teman-teman saya mendahului", gumam Eko saat hendak minum minuman terlezat yang pernah dirasakan.

Waktu terus berjalan. Sementara ia hanya diberi waktu 2 jam dan harus segera kembali ke kapal. Mau bicara langsung minta bantuan logistik masih belum punya keberanian. Sang Danrem sama sekali tak bergeming dengan  isyarat pembicaraan secara halus kalau dirinya butuh bantuan rangsum. Di saat-saat genting seperti itu, datanglah seorang perwira  pejabat keuangan yang masuk ruangan. Berbeda dengan Dandim, perwira tersebut langsung mengerti.  Dibekalinya  Eko uang sebesar Rp 25.000 yang saat itu termasuk jumlah yang amat besar mengingat gaji Eko masih sekitar Rp  91.000 an.

Halaman:

Editor: Ramdan ZB

Tags

Terkini

PAPPRI Gelar Konser Rayakan Hari Musik Nasional

Jumat, 17 Maret 2023 | 21:46 WIB

Kelebihan dan Fitur Set Top Box yang Harus Diketahui

Selasa, 10 Januari 2023 | 21:21 WIB

5 Rekomendasi Kado untuk Pasangan Terbaik 2022

Selasa, 29 November 2022 | 18:54 WIB

Jangan Lewatkan! Promo Menarik Spesial Hangry BirthDay

Kamis, 17 November 2022 | 20:31 WIB

Apakah Asuransi Kesehatan Mencakup Perawatan Gigi?

Sabtu, 5 November 2022 | 20:26 WIB
X